Selasa, 03 November 2015

#ISD Manusia sebagai Makhluk Berbudaya

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah s.w.t karena berkat dan rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Berbudaya”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Depok, 3 November 2015
Penyusun,





Ega Prasetianti










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN­­
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manusia
2.1.1 Pengertian Manusia
2.2 Budaya
2.2.1 Pengertian Budaya
2.2.2 Budaya sebagai sistem gagasan
2.2.3 Perwujudan Budaya
2.2.4 Problematika Budaya

BAB III PEMBAHASAN
 3.1 Manusia sebagai Makhluk berbudaya
3.1.1 Pencipta dan Pengguna Budaya
3.1.2 Hakikat Manusia sebagai Makhluk Berbudaya

BAB IV PENUTUP
 4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Manusia adalah salah satu mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna diantara semua mahluk ciptaan-Nya. Manusia dibekali sesuatu yang amat berharga dan istimewa yang tidak dibekalkan Tuhan Yang Maha Esa kepada mahluk ciptaan-Nya yang lain, dengan akal manusia dapat membuat keputusan diantara beberapa pilihan yang ada, mengambil pelajaran yang terjadi dalam kehidupannya baik itu kejadian menyenangkan dan tidak menyenangkan baginya, serta dapat mempertimbangkan baik buruknya segala hal yang akan mempengaruhi kehidupannya.
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendaya gunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasike generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur seperti  adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab yang diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Orang-orangy ang tidak menjalankan atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia yang biadab.

Warisan – warisan dari para leluhur umumnya sakral atau dianggap suci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tertentu. Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral biasa disebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu kalangan suku atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri. Manusia sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau etnis khususnya diIndonesia merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu, maka karena itu manusia adalah mahluk budaya 

1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari makalah ini adalah, sebagai berikut.
            Bagaimana manusia sebagai makhluk budaya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat di peroleh dari makalah ini, sebagai berikut.
1. Mengetahui tentang makna makhluk yang berbudaya
2. Mengetahui problematika budaya





BAB II
LANDASAN TEORI 



2.1 Manusia
Pada sub bab ini akan dijelaskan macam-macam teori dari berbagai referensi yang berhubungan dengan manusia, berikut adalah penjelasannya.

2.1.1 Pengertian Manusia
Secara umum manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan  dan selalu ingin berinteraksi dengan orang lain. Manusia itu sendiri dapat dikatakan sebagai makhluk yang kreatif, idealis, bermoral, dan berkemauan bebas. 
Menurut Drijarkara dalam bukunya Filsafat Manusia (1969: 7), mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berhadapan dengan dirinya sendiri. Maksutnya adalah manusia mengolah, mengoah diri sendiri, melakukan ataupun menghadapi apa yang akan ia lakukan serta mengangkat ataupun merendahkan dirinya sendiri. Manusia selalu terlibat dalam situasi, situasi itu berubah dan merubah manusia. 

2.2 Budaya
Pada sub bab ini akan dijelaskan macam-macam teori dari berbagai referensi yang berhubungan dengan budaya, berikut adalah penjelasannya.

2.2.1 Pengertian Budaya
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “Buddhayah “ , yang merupakan bentuk jamak. Dari kata “Buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapatdiartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal”. Daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Culture merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture” diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa.Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuahkelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistemide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-bendayang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda- benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasisosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalammelangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.2.2 Budaya sebagai sistem gagasan
Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto, karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai nilai budaya. 
Jadi, nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya.

2.2.3 Perwujudan Budaya

JJ. Hogman dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi dua, yaitu:
·         Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
·         Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas:perilaku, bahasa dan materi.

a. Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior) masyarakatnya.

b. Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.

c. Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.

Unsur-unsur materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar adalah sebagai berikut:
1. Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.
2. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh (culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery (penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).

2.2.4 Problematika Budaya
            Ini adalah beberapa problematika kebudayaan, sebagai berikut.

 1.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Contohnya : Keterkaitan orang Jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.

  2.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan.
Contohnya : program Keluarga Berencana atau KB semua ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

  3.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan factor psikologi atau kejiwaan.
Contohnya : Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.

   4.      Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Contohnya : Masyarakat  daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya terbatas, seolah-seolah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.

   5.      Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Contohnya : Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan merusak  tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.

6.   Sikap Etnosentrisme
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus pertentangan  suku, agama, ras, dan antargolongan.
Contohnya : Kebudayaan yang berkembang dalam suatu wilayah seperti Indonesia sebagai Negara kepulauan kepulauan yang terdiri dari beberapa suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah lokal. Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam memandang kebudayaan orang lain. Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya lain.

7.      Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia.
Contohnya : Nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.





BAB III
PEMBAHASAN 


3.1 Manusia segai Makhluk Berbudaya
Pada sub bab ini akan dijelaskan berkaitan dengan manusia sebagai makhluk berbudaya, berikut adalah penjelasannya.

3.1.1 Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya.Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini.Manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi,  dan secara perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia bisa menciptakan kebudayaan.Dengan kata lain Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama 
Dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya.sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1.    Suatu pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2.    Wadah untuk menyalurkan perasaan dan kemauan
3.    Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4.    Pembeda manusia dengan binatan
5.    Petunjuk bagi manusia dalam bertindak dan bertingkah laku dalam    Pergaulan
6.    Sebagai modal dasar pembangunan


3.1.2 Hakikat Manusia sebagai makhluk berbudaya
Akal  dan pikiran yang dimiliki manusia adalah bagian dari budaya. Dengan akal dan pikirannya manusia dengan kegiatan akal dan pikirannya dapat mengubah dan menciptakan realitas melalui simbol-simbol atau sistem perlambangan. Contoh dari sistem perlambangan adalah bahasa yang melambangkan sesuatu berdasarkan sistem pola hubungan antara benda, tindakan, dan sebagainya dengan apa yang dilambangkan. Bahasa tidak hanya yang verbal tapi juga berupa tulisan, lukisan, tanda atau isyarat. Karena kegiatan berpikir manusia ini budaya tercipta. Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto, karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.

Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai nilai budaya. Jadi, nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya.







BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
            Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Problematika kebudayaan dan peradaban timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia.








                                                    DAFTAR PUSTAKA    
  
Aufar, Ibnu.2012.Ilmu Budaya Dasar “Hakekat Manusia dan Budaya”. [online]. Tersedia: https://docs.google.com/document/d/1H6NFFrtWmQtghbLLiDXLkQ-NkZtdPmqoE9wLQeDGO40/edit?pli=1    [03 November 2015]

Dewi, Astuti,dkk.2013.Manusia sebagai Makhluk Berbudaya dan Beradap.[online]. Tersedia: https://www.academia.edu/6892330/Manusia_sebagai_Makhluk_Berbudaya_dan_Beradab  [03 November 2015]