Minggu, 08 Mei 2016

#IBD - Phobia Kehamilan

Sumber :
Ketika si Fobia Harus Mengandung
http://health.detik.com/read/2010/03/12/170853/1317352/764/ketika-si-fobia-hamil-harus-mengandung 
[Diakses : 08 - Mei - 2016 20:33]




   London, Jessie Hewitson punya mimpi buruk bagaimana horornya suatu kehamilan sejak masih usia belasan tahun. Ketakutan yang berlebihan pada hamil membuatnya menjadi fobia karena yakin tidak bisa menoleransi rasa sakit saat melahirkan. Sejak saat itu, setiap melihat wanita hamil Jessie menjadi panik, tangannya gemetar dan perasaannya menjadi sangat ketakutan. Tapi si fobia hamil itu kini malah sedang mengandung. Kehamilannya membuat Jessie menjadi sangat depresi. Jessie menjadi sering bingung, sering kontraksi dan selalu bertanya kenapa dia membiarkan dirinya menjadi hamil. Jessie yang sedang mengandung 6 bulan ini pernah dirawat di rumah sakit karena mendapat serangan ketakutan yang berlebihan atas kehamilannya. Sampai kini dia harus berjuang mengatasi depresinya yang semakin bertambah karena bayangan tak mampu melahirkan.
   Fobia hamil biasanya paling banyak dialami oleh korban perkosaan. Tapi kini banyak perempuan yang juga mengalami fobia hamil. Yang lebih ekstrem kadang ketika hamil, si penderita fobia ini melakukan olahraga yang berlebihan, meninju-ninju perutnya, minum alkohol, merokok sehingga sering dihakimi oleh suami, keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Padahal mereka melakukan ini di luar kontrol ketakutan mereka yang berlebih. Ada janin di tubuh membuat mereka sangat ketakutan.
   Ketakutan yang ekstrem pada persalinan atau tokophobia, pertama kali diidentifikasi pada tahun 2000 oleh Dr Kristin Hofberg dan penemuannya sangat mengejutkan umum. Tokophobia dialami 1 dari 6 wanita.
   Hofberg memisahkan pasien ke dalam dua kategori, yaitu tokophobes (penderita tokophobia) primer dan tokophobes sekunder. Tokophobes primer adalah ketakutan yang berlebihan pada persalinan pertama. Sedangkan tokophobia sekunder adalah ketakutan yang timbul karena adanya trauma terhadap persalinan sebelumnya. Yang membedakan tokophobia dengan kecemasan ibu hamil hamil adalah rasa takut persalinan yang berlebihan. Beberapa tokophobes berpikir mereka akan mati, yang lain membayangkan sesuatu yang tak tertahankan bakal terjadi. Karakteristik yang paling umum adalah rasa takut akan persalinan normal. Tapi bukan ketakutan pada persalinan melalui pembedahan atau sesar. Namun ada beberapa wanita yang menganggap kedua proses tersebut sama mengerikannya.
   Bagi penderita fobia hamil, bayi yang tumbuh di dalamnya perutnya sangat mengganggu aktifitas mereka, sehingga mereka pun tidak ingin hamil. Psikoterapis Graham Price, yang telah merawat banyak pasien dengan kondisi ini, mengatakan ada beberapa pemicu tertentu yang menyebabkannya seperti korban perkosaan atau pengalaman traumatis. Ketakukan para penderita fobia ini akan bertambah ketika mendengar cerita persalinan yang mengerikan atau melihat langsung proses persalinan. Tayangan televisi yang menunjukkan hal-hal negatif tentang persalinan juga dapat memicu tokophobia.
   Menurut Price, tokophobes akan sangat keras mencoba untuk tidak hamil. Kebanyakan dari mereka selalu menggunakan kontrasepsi setiap kali berhubungan, ada pula yang sangat panik mengalami kehamilan dan berusaha untuk melakukan aborsi. "Saya membaca semua tentang persalinan, tetapi saya takut hanya karena imajinasi liar ," kata Alison Ellerbrook, yang juga mengalami tokophobia pada kehamilan putri pertamanya, seperti dilansir dari Guardian, Jumat (12/3/2010).
   Menurut Alison, pada trimester ketiga dia sering menangis dan gelisah. Dia panik dan bermimpi buruk tentang persalinan. Dan pada saat persalinan dia menjadi sangat takut, kemudian dokter mendiagnosanya dengan postnatal depression dan post-traumatic stress disorder. Butuh waktu dua tahun untuk memulihkan kondisinya, dan kini dia takut untuk melakukan persalinan kedua. Proses persalinan caesar sering dilakukan pada tokophobes. Mayoritas wanita tentu saja tidak memiliki trauma persalinan. Kebanyakan wanita mengalami hal yang sangat positif pada saat persalinan. Mereka melawan rasa takut dan memahami bahwa tubuh wanita didesain untuk melahirkan.

(mer/ir)

==========================================

Tanggapan :
   Menurut saya, wajar jika para perempuan mengalami rasa takut terhadap persalinan atau masa-masa kelahiran. Ditambah dengan seringnya medengarkan banyak cerita dari para ibu yang telah melahirkan seorang anak yang suka bercerita bahwa melahirkan butuh perjuangan dan juga rasa sakit apalagi dengan proses kelahiran normal. Terkadang ada sebagian perempuan yang sangat takut dan membayangkan berlebihan tentang proses persalinan dan ada juga yang merasa takut dengan proses kelahiran anak pertama yang benar-benar akan dijalani. Terkadang ada juga yang mengambil cara ceasar agar tidak melewati masa-masa kelahiran normal agar tidak merasakan sakit. 

Saran :
   Sebaiknya, para wanita ataupun orang disekitarnya dapat melakukan beberapa hal dibawah ini agar dapat mengatasi phobia terhadap kehamilan, sebagai berikut.
  •      Mencari informasi tentang persalinan atau kehamilan
   Bagi para wanita yang telah menikah atau suaminya harus memiliki pertimbangan tentang rencana untuk mempunyai anak, dan mengetahui apa yang harus dilakukan jika saat si ibu sedang hamil dan juga menyiapkan mental untuk proses persalinan yang akan berlangsung nantinya. Mencari informasi dapat dikonsultasikan langsung pada pihak dokter yang dapat menjelaskan lebih detail tentang persalinan tersebut sehingga tidak mendapatkan informasi yang tidak benar. Konseling pada medis profesional yang dapat membantu menghilangkan phobia tersebut juga dapat dilakukan.
  • Berfikir positif

   Walaupun mendengarkan bagaimana proses persalinan dari orang yang telah melahirkan, ada baiknya jika para ibu lebih berfikir positif bahwa kodratnya wanita adalah melahirkan seorang anak dan anak merupakan rezeki dan amanah yang diberikan oleh tuhan yang maha esa, disamping itu pula anak adalah hal yang ditunggutunggu oleh seorang suami, mertua ataupun orangtuanya.

  •         Mendapatkan dukungan
   Jika ada sanak keluarga yang mengalamin tokophobia atau tokophobes alangkah baiknya diberikan dukungan selama proses terapi yang dijalani. Suami juga harus memahami dan terebih berperan penting terhadap ibu tersebut dan untuk tidak membanding-bandingkan dengan orang lain "yang tidak mengalami tokopobia" sehingga sang istri akan lebih relax dan optimis agar cepat mengalami masa penyembuhan terhadap phobia tersebut. 

  •         Keyakinan
   Hal yang dapat dilakukan selain diatas adalah yakin bahwa masa kehamilan akan tetap aman. Percaya terhadap apa yang akan dijalanin dan pada saat persalinan tidak akan terjadi apa-apa atau semua akan baik-baik saja.